Desmond J Mahesa Bersikap Kritis Sampai Akhir Hayat
Politikus Partai Gerindra yang juga aktivis pro demokrasi, Desmond J Mahesa, tutup usia karena sakit pada Sabtu dini hari.

Desmon J Mahesa mengembuskan napas terakhir setelah dirawat karena sakit di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta, Sabtu (24/6/2023) sekitar pukul 04.00. Wafatnya Desmond menjadi kehilangan besar bagi Gerindra karena karena ia merupakan kader yang loyal kepada partai dan kritis mengawal pemerintahan.
“Kami sangat kehilangan atas wafatnya saudara kami, Haji Desmond Junaidi Mahesa, ujar Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani saat melayat di rumah duka di Jakarta, Sabtu, pagi.
Desmon dirawat di RS Mayapada pada Jumat (23/6) setelah mengeluh sesak napas. Kondisinya sempat membaik, namun sekitar pukul 03.00 kondisinya menurun dan dipindahkan ke ruang ICU (Intensive Care Unit). Satu jam berselang, Desmond dinyatakan meninggal. Desmond akan dimakamkan di Komplek Pemakaman Al Azhar, Karawang.
Muzani mengungkapkan, Desmond merupakan salah satu kader terbaik Gerindra. Oleh karena itu, Desmond diberi kepercayaan untuk menjadi Wakil Ketua Komisi III DPR sekaligus Sekretaris Fraksi Gerindra di DPR.
“Beliau sering memberikan pandangan-pandangan yang konstruktif dan kritis dalam berbagai macam kebijakan kenegaraan,” tuturnya.
Menurut Muzani, Desmond sangat mencintai partainya, masyarakat, dan bangsa. Selama menjadi politikus, almarhum sangat konsisten terhadap proses demokrasi. Kedekatannya dengan pemilih dan partai tersebut bahkan mampu mengantarkan Desmond menjadi anggota DPR tiga periode sejak 1999-2014, 2014-2019, dan 2019-2024.
Ketika berkontestasi di Pemilu Legislatif 2019 dari dapil Banten II, Desmond mengantongi 103.837 suara. Sebelumnya, pada Pileg 2014, Desmond mengantongi 61.275 suara dari dapil yang sama. Sedangkan pada debutnya di Pileg 2009, Desmond berlaga di dapil Kalimantan Timur dan mendapatkan 13.439 suara.
Tegakkan keadilan
Sebelum terjun ke politik praktis, Desmond dikenal sebagai aktivis pro demokrasi yang turut mendorong reformasi 1998. Dikutip dari laman Fraksi Gerindra, Desmond mulai dikenal publik setelah menjadi salah satu korban penculikan pada tahun 1997/1998. Saat itu, Desmond tercatat sebagai salah satu aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi pada masa pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.
“Desmond sering memberikan pandangan-pandangan yang konstruktif kepada generasi juniornya, terutama kepada para aktivis agar menjalani masa aktivisnya dengan baik, melatih diri, dan terus menempa diri menjadi calon pemimpin masa depan,” katanya.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Habiburokhman, mengenang Desmond sebagai sosok yang sangat baik. Almarhum merupakan politikus yang sangat peduli dengan sesama kader dan banyak membantu masyarakat.
Sikap kritis Desmond salah satunya ditunjukkan saat mengawal isu transaksi mencurigakan Rp 349 triliun di Kementerian Keuangan. Meskipun partainya merupakan pendukung koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo – Ma’ruf Amin, Desmond justru mengusulkan agar dibentuk panitia khusus (pansus) untuk menelusuri dan mengungkap kasus tersebut.
Desmond menilai pembentukan pansus tersebut untuk memberikan kejelasan hukum terkait skandal yang ada di Kemenkeu. Sebab, ada perbedaan pernyataan antara Menko Polhukam Mahfud MD, PPATK, dan Kemenkeu.
“Saya berpikir bahwa Departemen keuangan itu kan sumber, pendapatan negara dan mereka membiayai APBN. Sumber pendapatan negara pajak bea cukai dan macam-macam itu kan di kementerian keuangan. Kementerian keuangan adalah bendahara negara. Kalau di sananya aja enggak beres berarti APBN semua enggak tercapai. Maka persoalan-persoalan ini harus kita pansus kan,” ujar Desmond, beberapa waktu lalu.
Desmond berpandangan, menguapnya kejanggalan-kejanggalan transaksi di Kemenkeu saat ini lantaran tidak ada tindakan apapun dari Presiden. Oleh karena itu, ia berharap ada tindakan yang cukup bagi Presiden untuk menjaga kepercayaan publik. “Bahwa sumber pendapatan negara tidak terpercaya hari ini. Maka DPR harus melakukan Pansus,” kata dia.
Kehilangan
Berpulangnya Desmond membuat banyak kader Gerindra merasa kehilangan, termasuk para kader dan pengurus DPD Partai Gerindra Banten. “Kami para kader di Banten merasa sangat kehilangan guru sosok guru dan pemimpin yang tegas,” kata Teguh Mahardika, salah satu kader Gerindra Banten.
Teguh mengenang Desmond tak hanya sebagai politisi yang kritis terhadap berbagai persoalan bangsa, tetapi juga pemimpin yang dermawan. Masyarakat Banten mengenal Desmond sebagai sosok yang dermawan dan tak segan membantu masyarakat.
Gubernur Jawa Tengah sekaligus bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ganjar Pranowo juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya Desmond. Ia menilai Desmond merupakan orang yang baik, bisa berkomunikasi dengan baik, dan selalu hadir menyelesaikan persoalan di masyarakat.
“Saya punya kesan karena saat ada beberapa masalah di Jawa Tengah, beliau hadir sendiri, dua kali ketemu saya dan kemudian mencarikan solusi,” ujarnya.
Sebagai politikus yang berbeda parpol, lanjut Ganjar, perbedaan sikap dalam politik memang seringkali berseberangan. Namun untuk kepentingan masyarakat, keduanya sering bersama dan berdialog untuk mencari jalan keluar.